Hakikat Manusia Dalam Sudut Pandang Kehidupan Sehari-hari
Februari 09, 2017
Add Comment
Hakikat manusia dalam sudut pandang kehidupan, dua kata yang seringkali muncul melengkapi pertanyaan kita. Manusia, itulah anda, kita dan mereka, semuanya adalah manusia. Pertanyaan yang acapkali muncul adalah siapakah sebenarnya saya? Pemikiran yang dimanifestasikan melalui pertanyaan ini muncul di sela ia melihat dirinya, apa yang dilakukannya, juga melihat apa yang di sekelilingnya. Ia mempunyai kesadaran untuk berfikir dan pemahaman tentang dirinya tak luput untuk dipikirkan dan dipahami. Begitulah manusia, kita berfikir manusia adalah makhluk yang secara sadar dapat mengidentifikasi pola pikir dan pemahaman yang mendalam, inilah teka-teki sebenarnya dari manusia.
Bersandarkan pada kehidupan manusia, kita senantiasa memberikan definisi terhadap kata yang sering diucapkan, misalnya "manusia". Pada kehidupan sehari-hari kita mengenal sekaligus mempelajari pelajaran bahasa indonesia. Nah, kata "manusia" merupakan salah satu istilah dalam kosa kata bahasa Indonesia. Dalam bahasa Inggris kata"manusia" disinonimkan dengan kata "man" dan "human", dalam bahasa Arab istilah "manusia" secara sederhana disepadankan dengan kata "basyar", "insan" dan "nas". Manusia dalam sudut pandang versi bahasa Indonesia, diartikan sebagai "makhluk yang berakal budi atau mampu mengenal makhluk lain". Manusia memiliki paradigma sendiri dalam memaknai realitasnya, ia juga sebagai makhluk yang memiliki kapasitas akal budi yang luar biasa sebagai individu. Para pemikir membahas konsep manusia dari berbagai aspek. Pembahasan mereka kebanyakan bersentuhan dengan salah satu dimensi manusia.
Hakikat manusia menurut Islam, dinyatakan "rangkaian utuh antara dua unsur yakni antara ruh dan jasad. Dalam alquran, istilah manusia ditemukan 3 kata yang berbeda dengan makna yang berbeda, akan tetapi memiliki substansi yang sama, yaitu "basyar', "insan" dan "annas". Kata basyar dalam alquran disebutkan sebanyak 37 kali, salah satunya dalam surat Al-kahfi yang artinya "sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia biasa seperti kamu", kata basyar senantiasa dikaitkan dengan sifat-sifat biologis. Kata insan, disebutkan dalam alquran sebanyak 65 kali, diantaranya dalam surat Al-'alaq ayat 5 "Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya". Konsep tersebut dihubungkan dengan sifat psikologis manusia atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir. Sedangkan kata annas, disebutkan sebanyak 240 kali, seperti pada surat Azzumar ayat 27 " sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam alquran ini setiap macam perumpamaan". Demikian manusia menurut pandangan Islam.
Secara filosofis, manusia merupakan individu yang terdiri dari bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memiliki Para filsuf mempunyai pemikiran bahwa manusia adalah makhluk yang befikir atau menurut istilah filsuf muslim disebut dengan "al-hayawan alnatiq". Hal ini dikaitkan dengan penggunaan logika sebagai paradigma berfikir. Mereka melihat manusia dari dimensi ini, karena logika menekankan aspek berfikir, demikian hakikat manusia dalam filsafat.
Dalam dunia psikologi, manusia dikenal memiliki "psche" dengan kata lain manusia adalah makhluk yang berjiwa. Manusia memiliki personalitas, kesadaran dan mempunyai sistem psikologis yang unik bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam konsep psikologi Islam, jiwa sering disepadankan dengan konsep "nafs" sedangkan dalam bahasa Aristoteles dikatakan dengan "nous". Secara luas, psikologi dengan kompleksitas wilayah kajiannya menemukan keunikan yang dimiliki oleh manusia. Ia memiliki dualisme yang berbeda, antara jasmani dan rohaninya, itulah manusia menurut pandangan psikologi.
Manusia hidup berdampingan dengan yang lainnya dan ada di tengah-tengah masyarakat dengan kata lain manusia adalah makhluk yang bermasyarakat. Manusia tidak dapat menjalani hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia sebagai pencipta masyarakat adalah kenyataan objektif dan masyarakat akan memperngaruhi kembali manusia yang menciptakannya. Proses ini akan berlangsung dalam tiga proses, yakni eksternalisasi, objektisasi dan internalisasi. Sejak lahir, manusia telah menjadi makhluk individu untuk menjadi dirinya sendiri, sebagai pribadi terpisah dari yang lainnya. Ia merupakan organisme yang berdiri sendiri, secara fisik bersifat bebas dan secara naluriah bersifat terikat. Kedua faktor tersebut akan selalu berkesinambungan untuk mencapai keseimbangannya. Inilah objek kajian sosiologi.
Pembahasan tentang manusia tidak akan kunjung usai, hakikat manusia banyak dibahas pada disiplin-disiplin ilmu lainnya, begitu banyak perspektif yang mengkaji seputar manusia beserta kehidupannya. Pada artikel berikutnya, penulis akan coba paparkan lebih spesifik dan mendalam sesuai dengan perspektif-perspektif lainnya.
Terima kasih karena telah mengunjungi blog ini, mohon maaf atas segala kekurangan, baik isi maupun penggunaan bahasa yang kurang berkenan di hati para pembaca sekalian.
Ada beberapa artikel saya yang terkait dengan kehidupan manusia, yakni sebuah renungan hidup dan apa arti kehidupan itu dan makna tujuan manusia secara umum.
Bersandarkan pada kehidupan manusia, kita senantiasa memberikan definisi terhadap kata yang sering diucapkan, misalnya "manusia". Pada kehidupan sehari-hari kita mengenal sekaligus mempelajari pelajaran bahasa indonesia. Nah, kata "manusia" merupakan salah satu istilah dalam kosa kata bahasa Indonesia. Dalam bahasa Inggris kata"manusia" disinonimkan dengan kata "man" dan "human", dalam bahasa Arab istilah "manusia" secara sederhana disepadankan dengan kata "basyar", "insan" dan "nas". Manusia dalam sudut pandang versi bahasa Indonesia, diartikan sebagai "makhluk yang berakal budi atau mampu mengenal makhluk lain". Manusia memiliki paradigma sendiri dalam memaknai realitasnya, ia juga sebagai makhluk yang memiliki kapasitas akal budi yang luar biasa sebagai individu. Para pemikir membahas konsep manusia dari berbagai aspek. Pembahasan mereka kebanyakan bersentuhan dengan salah satu dimensi manusia.
Hakikat manusia menurut Islam, dinyatakan "rangkaian utuh antara dua unsur yakni antara ruh dan jasad. Dalam alquran, istilah manusia ditemukan 3 kata yang berbeda dengan makna yang berbeda, akan tetapi memiliki substansi yang sama, yaitu "basyar', "insan" dan "annas". Kata basyar dalam alquran disebutkan sebanyak 37 kali, salah satunya dalam surat Al-kahfi yang artinya "sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia biasa seperti kamu", kata basyar senantiasa dikaitkan dengan sifat-sifat biologis. Kata insan, disebutkan dalam alquran sebanyak 65 kali, diantaranya dalam surat Al-'alaq ayat 5 "Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya". Konsep tersebut dihubungkan dengan sifat psikologis manusia atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir. Sedangkan kata annas, disebutkan sebanyak 240 kali, seperti pada surat Azzumar ayat 27 " sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam alquran ini setiap macam perumpamaan". Demikian manusia menurut pandangan Islam.
Secara filosofis, manusia merupakan individu yang terdiri dari bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memiliki Para filsuf mempunyai pemikiran bahwa manusia adalah makhluk yang befikir atau menurut istilah filsuf muslim disebut dengan "al-hayawan alnatiq". Hal ini dikaitkan dengan penggunaan logika sebagai paradigma berfikir. Mereka melihat manusia dari dimensi ini, karena logika menekankan aspek berfikir, demikian hakikat manusia dalam filsafat.
Dalam dunia psikologi, manusia dikenal memiliki "psche" dengan kata lain manusia adalah makhluk yang berjiwa. Manusia memiliki personalitas, kesadaran dan mempunyai sistem psikologis yang unik bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam konsep psikologi Islam, jiwa sering disepadankan dengan konsep "nafs" sedangkan dalam bahasa Aristoteles dikatakan dengan "nous". Secara luas, psikologi dengan kompleksitas wilayah kajiannya menemukan keunikan yang dimiliki oleh manusia. Ia memiliki dualisme yang berbeda, antara jasmani dan rohaninya, itulah manusia menurut pandangan psikologi.
Manusia hidup berdampingan dengan yang lainnya dan ada di tengah-tengah masyarakat dengan kata lain manusia adalah makhluk yang bermasyarakat. Manusia tidak dapat menjalani hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia sebagai pencipta masyarakat adalah kenyataan objektif dan masyarakat akan memperngaruhi kembali manusia yang menciptakannya. Proses ini akan berlangsung dalam tiga proses, yakni eksternalisasi, objektisasi dan internalisasi. Sejak lahir, manusia telah menjadi makhluk individu untuk menjadi dirinya sendiri, sebagai pribadi terpisah dari yang lainnya. Ia merupakan organisme yang berdiri sendiri, secara fisik bersifat bebas dan secara naluriah bersifat terikat. Kedua faktor tersebut akan selalu berkesinambungan untuk mencapai keseimbangannya. Inilah objek kajian sosiologi.
Pembahasan tentang manusia tidak akan kunjung usai, hakikat manusia banyak dibahas pada disiplin-disiplin ilmu lainnya, begitu banyak perspektif yang mengkaji seputar manusia beserta kehidupannya. Pada artikel berikutnya, penulis akan coba paparkan lebih spesifik dan mendalam sesuai dengan perspektif-perspektif lainnya.
Terima kasih karena telah mengunjungi blog ini, mohon maaf atas segala kekurangan, baik isi maupun penggunaan bahasa yang kurang berkenan di hati para pembaca sekalian.
Ada beberapa artikel saya yang terkait dengan kehidupan manusia, yakni sebuah renungan hidup dan apa arti kehidupan itu dan makna tujuan manusia secara umum.
0 Response to "Hakikat Manusia Dalam Sudut Pandang Kehidupan Sehari-hari"
Posting Komentar